MasyarakatKelistrikan.com | Presiden Joko Widodo dalam laman media sosialnya mengatakan, pandemi Covid-19 tidak boleh menghentikan transformasi besar ekonomi yang tengah dilakukan oleh pemerintah, yakni ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi.
“Sudah berapa ratus tahun kita mengirim bahan mentah ke luar, utamanya ke Eropa. Sejak zaman VOC. Ini harus kita hentikan. Dan kita sudah mulai dengan menghentikan ekspor nikel berupa bahan mentah dan menggantinya dengan bahan jadi dan setengah jadi. Setelah nikel, menyusul bauksit, tembaga, dan sebagainya”, kata Jokowi, Senin (17/1/2022).
Baca Juga:
20 Oktober 2024: Melihat Nasib Konsumen Pasca Pemerintahan 'Man Of Contradictions'
Lebih lanjut Jokowi menjelaskan, jika nikel diekspor dalam bentuk bahan mentah, maka hanya akan menghasilkan USD1 miliar atau setara Rp14-15 triliun.
“Setelah pelarangan ekspor bahan mentah itu, akhir tahun kemarin ekspor kita untuk besi baja yang merupakan turunan dari nikel menghasilkan USD20,8 miliar atau Rp 300 triliun. Dari Rp 15 triliun melompat menjadi Rp 300 triliun dan membuka lapangan pekerjaan yang banyak sekali,” imbuh Jokowi.
Dirinya mengungkapkan, kebijakan penghentian ekspor bahan mentah tambang ini bukanlah tanpa tantangan.
Baca Juga:
HUT ke-79 TNI, Ini Pesan Presiden Jokowi ke Prajurit Indonesia
Pada awalnya, Indonesia dikecam oleh negara-negara lain, dan diadukan hingga ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, Indonesia tidak akan menghentikan kebijakan tersebut.
“Kita ingin nilai tambah itu ada di Tanah Air sehingga selain memberikan penerimaan negara yang makin besar berupa pajak, royalti, penerimaan negara bukan pajak, juga bisa membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya,” pungkas Jokowi. [Tio]