Namun, belakangan trem kuda banyak membawa masalah. Kematian kuda yang tinggi dan kotorannya mulai mencemari lingkungan Batavia.
Pemerintah mulai bersiasat mengganti trem kuda dengan trem uap. Pemerintah menunjuk Nederlandsch-Indische Tramweg Maatchappij (NITM) sebagai pemegang konsesi. Masalah baru pun muncul. Trem uap dianggap malaikat kematian bagi pejalan kaki. Bahkan, pernah ada dalam satu hari trem uap menelan korban tiap empat jam sekali.
Baca Juga:
Sahroni Desak Polisi Usut Temuan PPATK Dugaan Aktivitas Keuangan Ilegal Ivan Sugianto
“Kehadiran trem uap awalnya disambut hangat. Trem uap dianggap alat angkutan umum modern, yang diharapkan memberi kenyamanan. Tenyata popularitasnya tidak berlangsung lama. Keluhan bermunculan. Katanya, kendaraan itu terlalu ingar-bingar, mengganggu ketenteraman dan ketertiban kota. Yang paling gawat kereta besi ini sering menimbulkan kecelakaan.”
“Ia pernah dijuluki: pembunuh terbesar yang berkeliaran di Kota Betawi. Soalnya, suatu saat pernah ia menelan korban selang empat jam sekali. Orang Betawi yang senang bergurau lantas memakai inisial NITM untuk berolok-oloknya: Naik Ini Tentu Mati,” tertulis dalam buku Ketoprak Betawi (2000).
Masalah yang sama juga terjadi dengan trem uap yang dibangun di Surabaya. Trem uap membuat udara di Surabaya menjadi tak sehat. Pemerintah Hindia-Belanda tak mau keadaan itu terus berlangsung. Demi menyelamatkan warganya, Belanda mencabut lijn (lintasan) yang melewati pemukiman orang Eropa. Nyatanya, hal tak menyelesaikan masalah.
Baca Juga:
Politikus Partai Nasdem Temui Ivan Sugianto Pelaku Pengintimidasi Anak Sekolah
Timbulan ide untuk membangun trem yang baru. Akan tetapi, dengan teknologi teranyar: listrik. Pembangunan itu mendapatkan sambutan yang besar dari segenap warga Surabaya. Trem listrik dianggapnya sebagai kemenangan atas ruang dan waktu.
“Konsesi pembangunan trem listrik yang diperoleh Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS) tahun 1911 menjadi kesempatan untuk memperbaiki masalah. Transportasi dalam kota. Tanggal 15 Mei 1923 trem lsitrik mulai dioperasikan di Surabaya. Jalur pertama yang dibangun adalah Wonokromo-Ujung.”
“Pengoperasian trem diharapkan menyelesaikan masalah lalu lintas di Surabaya. Trem uap tetap digunakan walaupun sudah ada trem listrik tetapi tidak melewati jalur pemukiman Eropa,” tutup Prita Ayu Kusumawardhani dalam buku Kereta Api di Surabaya 1910-1930 (2017).