MasyarakatKelistrikan.com | PT PLN (Persero) memanfaatkan bonggol jangung untuk jadikan alternatif batu bara (cofiring) sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya.
Hal ini merupakan bagian dari upaya menurunkan emisi dan mendukung transisi energi.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
General Manager PLN UIKL Sulawesi Munawwar Furqan mengatakan, PLTU Punagaya berkapasitas 2 x 100 MW merupakan salah satu PLTU dalam sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan yang menerapkan cofiring PLTU Punagaya memanfaatan limbah domestik berupa bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batubara guna peningkatan kualitas produksi listrik serta rantai pasok energi primer pada PLTU.
"PLN terus fokus dalam transisi energi melalui peningkatan bauran energi baru terbarukan dalam porsi pengembangan pembangkit kedepannya, selain itu PLN juga menerapkan green booster yang meliputi implementasi cofiring pada PLTU," kata Munawwar.
Dalam penerapan program cofiring PLTU Punagaya memanfaatkan limbah domestik berupa bonggol jagung yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95.
Baca Juga:
Kejar NZE, PLN Mulai Gunakan Bonggol Jagung untuk Co-firing Biomassa di PLTU
“Program Cofiring PLTU Punagaya telah berlangsung sejak 10 Februari 2021 dan berhasil memanfaatkan kurang lebih 77,5 Ton limbah domestik masyarakat disekitar PLTU, harapan kami adalah supply chain bahan baku bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batu bara dapat terjaga," ungkap Munawwar.
Munawwar mengungkapkan, upaya penerapan _cofiring_ tersebut berdampak pada penurunan nilai emisi karbon sebesar 121.869 ton CO2 dalam setahun sejak 2020 hingga 2021.
Angka penurunan diatas sesuai dengan capaian intensitas emisi PLTU Punagaya pada tahun 2021 yakni 1,002 ton CO2 per MWh atau lebih rendah dari Nilai Batas Atas (Cap) PLTU yang telah ditetapkan oleh kementrian ESDM yakni sebesar 1,013 ton CO2 per MWh.