Selain menguntungkan bagi masyarakat, konversi kompor LPG ke kompor induksi juga dinilai akan meringankan beban negara, khususnya terkait impor dan subsidi LPG.
Sekadar informasi, data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG 3 kg naik rata-rata 26,58 persen setiap tahunnya selama kurun waktu 2017 hingga 2021. Kenaikkan nilai subsidi itu dipengaruhi fluktuasi harga ICP dan nilai tukar rupiah.
Baca Juga:
Diklaim Bakal Jadi Bom Waktu, Connie Amankan Dokumen Milik Hastodi Rusia
Realisasi subsidi LPG 3 kg pada 2021 mencapai Rp 67,62 triliun, termasuk di dalamnya kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun.
Di sisi lain, outlook subsidi BBM dan LPG 3 kg 2022 diperkirakan mencapai Rp149,37 triliun atau 192,61 persen dari postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Menurut Kemenkeu, lebih dari 90 persen kenaikkan nilai subsidi itu berasal dari alokasi LPG 3 kg yang disebabkan oleh kesenjangan antara harga jual eceran (HJE) dengan harga keekonomian yang berlanjut melebar didorong harga minyak mentah dunia.
Baca Juga:
Pengamat Sebut PDIP Kalah di Jateng Karena Faktor Jokowi dan Prabowo
Beban subsidi LPG 3 kg juga makin lebar akibat fluktuasi harga minyak mentah dunia hingga pertengahan tahun ini.
Adapun harga keekonomian dari gas melon subsidi itu sudah terpaut Rp 15.359 per kilogram dari HJE yang ditetapkan sebesar Rp 4.250 per kilogram pada tahun ini.
Sementara untuk impor, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total volume impor gas Indonesia mencapai 6,24 juta ton pada 2021.