MasyarakatKelistrikan.com | Melalui teknologi Refused-Derived Fuel (RDF), Pemerintah Kota Depok bekerja sama dengan tim peneliti Universitas Pertamina berupaya untuk mengelola sampah menjadi bahan bakar yang dapat digunakan oleh UMKM di Kota Depok.
RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil.
Baca Juga:
Ini Daftar Promo Spesial Idulfitri dari Pertamina Patra Niaga
Hasilnya sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran, sebagai pengganti batu bara.
I Wayan Koko, Dosen Teknik Lingkungan Universitas Pertamina mengungkap timnya bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok berhasil memproduksi pelet RDF murah yang dapat dimanfaatkan UMKM makanan dan minuman.
“Dengan menggunakan teknologi rotary dryer, kami memanfaatkan berbagai sampah yang ada, mulai dari sisa makanan, sampah plastik, sampah kertas, dan sampah kebun, untuk dijadikan pelet RDF. Namun dari berbagai jenis sampah yang ada, kami menemukan bahwa sampah kertas dan perkebunan seperti kayu dan ranting, masih menjadi limbah terbaik untuk pembuatan pelet RDF,” kata Koko dalam siaran pers Universitas Pertamina, Sabtu (19/2/2022) di Jakarta.
Baca Juga:
Pejabat Pertamina Cek Kesiapan SPBU di Tol Jakarta - Cikampek hingga Kilang Balongan Selama Ramadan dan Idulfitri
UMKM produsen tahu Depok telah memanfaatkan pelet RDF hasil penelitian Universitas Pertamina dan DLHK Kota Depok sebagai sumber energi murah.
Harga pelet RDF hanya Rp 300 per kg, dibanding harga batu bara yang mencapai Rp 700 per kg.
Pemilihan jenis sampah tersebut, lanjut Koko, disebabkan sampah kertas belum termanfaatkan secara optimal. Serta memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampah taman, karena dibuat dari serat kayu sehingga memberikan bahan bakar dengan kualitas kepadatan yang baik.