Saat ini, ada 13 PLTU yang menerapkan co-firing biomassa dari total 18 PLTU yang telah diuji coba. Dan, menghasilkan listrik sebesar 269GWh dari co-firing 276kTon biomassa di tahun 2022.
"PLN berkomitmen untuk mengurangi penggunaan batu bara dengan pemanfaatan biomassa untuk co-firing. Fokus yang saat ini dikejar adalah bagaimana meningkatkan co-firing biomassa untuk PLTU sekaligus menguatkan rantai pasoknya," tambah Edwin.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sementara itu, Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko, menjelaskan PLN Group telah membangun rantai pasok biomassa yang sustainable untuk memenuhi kebutuhan co-firing dalam jangka panjang.
PLN juga dibantu oleh pemerintah untuk menerapkan standar biomassa yang berkualitas.
"Potensi biomassa kita sangat besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Meski di beberapa area memang belum dikembangkan secara maksimal. Saat ini kami telah melakukan pemetaan jenis hingga potensi pasokannya, sekaligus mengatur prosesnya sampai ke pembangkit PLN," ungkapnya.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Dalam peningkatan ekonomi kerakyatan melalui cofiring, PLN telah menjalin kerja sama dengan 12 pemerintah daerah untuk pemanfaatan biomassa sampah.
PLN juga berkolaborasi dengan Perhutani untuk penyediaan biomassa serbuk gergaji dan bersinergi dengan berbagai elemen masyarakat untuk penyediaan biomassa sekam padi, serpihan kayu, hingga cangkang sawit.
"Melalui program ini, kami tidak hanya bermaksud mengganti batu bara dengan biomassa, tetapi juga membangun rantai pasok biomassa yang andal dengan melibatkan masyarakat. Sehingga dalam penyediaannya punya dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung," tutupnya. [Tio]