“Dalam kondisi seperti ini, kemampuan bekerja secara manual dengan kecepatan tinggi jadi andalan. Petugas PLN membangun kembali 619 tiang dan memasang 31 kilometer kabel dalam waktu singkat. Ini menunjukkan ketangguhan fisik dan kecermatan teknik yang luar biasa,” kata Tohom.
Berbeda dengan Sumbar, tantangan di Sumatra Utara lebih kompleks dari sisi medan dan logistik.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Kerja Keras PLN Pulihkan 100 Persen Sistem Kelistrikan Sumatera Barat Pascabencana
Longsor berlapis menimbun jaringan distribusi, mematahkan jalur suplai listrik, dan memutuskan hubungan transportasi ke banyak desa terisolasi.
Petugas PLN harus menyusuri tebing, jalur berlumpur, dan medan ekstrem sambil membawa material yang beratnya tak sebanding dengan kondisi jalur yang tersedia.
“PLN menerjunkan hampir 1.000 personel yang bekerja nonstop. Tantangan di Sumut bukan hanya teknis, tetapi logistik. Mereka harus membuka akses dulu, baru bisa memperbaiki jaringan. Ketika listrik kembali menyala, itu adalah hasil dari disiplin tinggi dan koordinasi lintas lembaga yang sangat solid,” ujar Tohom.
Baca Juga:
PLN Pulihkan 100% Listrik Pascabencana Sumut, Sorkam Jadi Wilayah Terakhir Menyala
Sementara itu, Aceh menghadapi kendala yang paling kompleks karena bencana susulan meruntuhkan sejumlah tower transmisi tegangan tinggi di titik-titik baru yang sebelumnya tidak terdampak.
Kerusakan ini bukan hanya memutus jaringan, tetapi merobohkan struktur besar yang biasanya membutuhkan waktu panjang untuk dibangun ulang.
Namun dalam kondisi kritis tersebut, PLN harus mengubah rencana teknis berkali-kali dan bergerak cepat menyesuaikan situasi lapangan.