MasyarakatKelistrikan.com | Hidrogen diharapkan sebagai salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global.
Hidrogen diharapkan sebagai salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global.
Baca Juga:
Irjen Pol Sumadi Kembali Bawa Pulang Piala Bergilir Turnamen Golf Gatrik IKAPELEB KESDM 2024
Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan simulasi strategi jangka panjang menuju Net Zero Emission pada tahun 2060.
Hal ini mendukung komitmen Indonesia pada Paris Agreement untuk mencapai penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% pada tahun 2030, dan kontribusi sektor energi pada Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 314 juta ton CO2e.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong hidrogen menjadi salah satu sumber energi (energy carrier) yang potensial dalam mendorong percepatan transisi energi di Indonesia.
Baca Juga:
Daftar Lengkap Pemenang Turnamen Golf Piala Bergilir Gatrik 2024 IKAPELEB KESDM
Hal ini disampaikan secara langsung Menteri ESDM Arifin Tasrif di sela pertemuan bilateral dengan Menteri Perdangangan, Industri, dan Energi Republik Korea Moon Sung Wook di Jakarta, Senin (21/2/2022).
Arifin mengakui terdapat sejumlah tantangan, diantaranya bagaimana membuat hidrogen layak secara ekonomi, menarik secara finansial, dan bermanfaat untuk masyarakat.
“Kami akan terus mengikuti tren teknologi hidrogen dan membuka peluang untuk berkolaborasi dalam implementasi hidrogen,” ungkap Arifin.
Dari segi pasokan (supply), hidrogen sendiri masuk sebagai salah satu strategi utama Pemerintah dalam menjalankan peta jalan (roadmap) menuju netral karbon di tahun 2060.
“Strategi utama yang akan dilakukan menuju netral karbon di sisi supplai antara lain melalui pengembangan energi terbarukan secara masif dengan fokus pada pembangkit listrik tenaga surya, hidro dan panas bumi serta hidrogen,” ungkap Arifin.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana secara teknis mengungkapkan rencana hidrogen untuk masuk ke sektor industri maupun transportasi.
Pemanfaatan hidrogen ini tidak menggunakan teknologi fuel cell, tetapi memakai teknologi pembakaran internal yang biasa digunakan oleh kendaraan bermotor.
Sementara dari sisi permintaan (demand), pemerintah tengah menerapkan manajemen energi, penggunaan kompor listrik serta mempercepat pemanfaatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
Salah satunya dengan menjalin kesepakatan dengan pemerintah Korea mengenai Pilot Project Charging System for Electric Vehicle yang akan menciptakan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk teknologi industri sistem charging kendaraan listrik. [Tio]