MasyarakatKelistrikan.com | Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria mengatakan, penetapan kuota penyaluran Solar Subsidi yang ditetapkan menjadi kuota per lembaga penyalur dan bukan lagi kuota per kabupaten atau per kota ditenggarai menjadi salah satu penyebab antrian Solar Subsidi di SPBU.
Pasalnya, ketika satu SPBU yang “diserbu” pembeli dan kuotanya telah habis terserap, maka badan usaha tak bisa segera menambah pasokan solar ke SPBU tersebut.
Baca Juga:
Pertamina Perluas Penerapan Subsidi Tepat BBM di Provinsi Sulawesi Tengah
“Tidak jelasnya peraturan terkait siapa yang berhak atau tidak atas solar subsidi juga perlu menjadi perhatian. Karena aturan yang ada sekarang ini sangat abu-abu, sehingga para pengemudi kendaraan jenis dan angkutan apapun merasa berhak atas solar subsidi dan ini menjadi masalah di lapangan,” kata Sofyano dalam pesan tertulisnya, Rabu (06/4/2022).
Seperti diketahui, beberapa waktu belakangan berita-berita terkait kelangkaan BBM jenis Solar subsidi terjadi di sejumlah SPBU di berbagai daerah.
Sofyano mengungkapkan, selain penetapan kuota penyaluran yang bergeser dari yang sebelumnya per Kabupaten/Kota menjadi per lembaga penyalur, ada 3 (tiga) hal krusial lainnya yang menyebabkan antrian solar subsidi tersebut, diantaranya akibat berkurangnya kuota BBM Solar subsidi tahun 2022 dibanding kuota tahun sebelumnya.
Baca Juga:
Pembatasan Beli Solar Subsidi Diperluas ke 13 Daerah
“Kuota Solar Subsidi untuk tahun 2022 hanya 14,9 juta KL atau turun sekitar 500.000 KK dari kuota tahun sebelumnya yang mencapai 15,4 juta KL. Padahal menurut pemerintah tahun 2022 ada peningkatan ekonomi sekitar 5 persen” tukasnya.
Selain itu, kata dia, disparitas harga antara harga Solar Subisidi yang sebesar Rp 5.150 per liter terlalu lebar dibanding harga solar industri (non subsidi) yang sekitar Rp 13.000-an per liter.
“Dan ini sangat bisa menjadi salah satu penyebab masalah terjadinya antrian Solar Subsidi karena jenis BBM tersebut sangat mungkin lari ke pengguna yang tak berhak. Karena harga jual solar subsidi terlalu murah dibanding harga jual atau harga keekonnomian solar industri,” pungkasnya. [Tio]