MasyarakatKelistrikan.com | Direktur Pembinaan Usaha Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto mengatakan Ditjen Minerba sudah menerima laporan pemberitahuan adanya temuan emas oleh PT Sumbawa Timur Mining (STM).
PT Sumbawa Timur Mining melaporkan bahwa ada potensi sumber daya tembaga dan emas Onto di Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Baca Juga:
Lokasi Tambang Emas Ilegal di Sekotong-NTB Dikelola TKA Ditutup KPK
Dilaporkan potensi tertunjuk sebesar 1,1 miliar ton tembaga dan emas.
Sedangkan untuk total potensi sumber daya mineral tereka sebesar 1 miliar ton tembaga dan emas.
Bila ditotal, proyeksi sumber daya mineral ini memiliki potensi lebih dari 2 miliar ton.
Baca Juga:
Kabar Gembira! Fasilitas Jetski Sportainment Segera Hadir di The Mandalika NTB
Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding penemuan pada Desember 2019 lalu.
“Mereka sudah menginformasikan ke kami. Berhubung emas kan bukan proses smelting, keluarnya kan sudah emas (dore bullion), pemurniannya bisa di Antam (PT Aneka Tambang Tbk),” kata Sugeng kepada media, Senin (25/4/2022) di Jakarta.
Sebelumnya pada Desember 2019, PT Sumbawa Timur Mining (STM) sempat mengumumkan bahwa total potensi sumber daya tembaga-emas Onto mencapai 1,72 miliar ton.
Dengan demikian, perkiraan potensi sumber daya mineral Onto per Desember 2021 meningkatkan sebesar 0,4 miliar ton atau sekitar 20% dibandingkan dengan per Desember 2019.
“Perkiraan potensi sumber daya mineral terbaru ini memperkuat keyakinan kami bahwa sumber daya mineral Onto memiliki potensi untuk dikembangkan m enjadi sebuah operasi pertambangan tembaga kelas dunia,” ujar Presiden Direktur PT Sumbawa Timur Mining (STM) Bede Evans dalam siaran pers, Kamis (21/4/2022)
Evans menuturkan, perkiraan terbaru ini juga telah memberikan optimisme bagi para pemegang saham STM dan seluruh tim STM, namun dengan tetap menerapkan kehati-hatian sejalan dengan perkembangan Proyek Hu’u untuk memasuki tahapan pengembangan proyek lebih lanjut.
Perlu diketahui bahwa potensi sumber daya mineral Onto merupakan bagian dari Proyek Hu’u milik STM yang merupakan pemegang Kontrak Karya (KK) generasi ke-7 yang ditandatangani Pemerintah Indonesia pada 19 Februari 1998, berlokasi di Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat.
STM telah melakukan kegiatan eksplorasi di dalam kawasan kontrak karya proyek Hu’u sejak tahun 2010.
Perkiraan potensi sumber daya mineral yang diumumkan Kamis (21/4) ini merupakan hasil dari analisa 74 lubang pemboran, dengan total kedalaman 74.130 meter yang dibor ke dalam potensi sumber daya mineral Onto.
Jika dibandingkan dengan data sebelumnya, data terkini perkiraan potensi sumber daya tembaga-emas Onto per 31 Desember 2021 memang menunjukkan kenaikan sebesar 0,4 Mt. Atau setara dengan peningkatan sebesar lebih dari 20%.
Sebagai pembanding, data Desember 2019 menunjukkan bahwa total potensi sumber daya mineral tertunjuk Onto berjumlah sebesar 0,76 miliar ton dengan rincian 0,93% tembaga dan 0,56 gram per ton emas.
Sementara itu, otal potensi sumber daya mineral terekanya tercatat sebesar 0,96 miliar ton dengan rincian 0,87% tembaga dan 0,44 gram per ton emas.
Bede memastikan, pengeboran akan terus dilanjutkan pada tahun 2022 dan seterusnya untuk mendukung studi lebih lanjut guna menentukan ukuran, luas dan karakteristik potensi sumber daya mineral Onto, serta memberikan data yang lebih lengkap untuk digunakan dalam berbagai studi teknik proyek Hu’u.
Pada tahun buku 2022 ini, STM telah menyiapkan dana US$ 80 juta untuk sejumlah keperluan, termasuk untuk mendukung kegiatan eksplorasi.
“Untuk budget atau RKAB yang disetujui tahun ini kurang lebih US$ 80 juta, itu termasuk untuk eksplorasi mineral,” ujar Bede.
Sampai dengan saat ini, secara total, STM telah menyelesaikan 108 lubang bor dengan total kedalaman 115.591 mete di dalam kawasan KK di Onto dan prospek lain, dihutung sejak eksplorasi dimulai pada tahun 2010 silam.
Harapan STM, STM bisa memasuki tahapan eksploitasi dan memulai kegiatan produksi pada 2030-2035 mendatang.
“Fokus pekerjaan kami sekarang ini adalah mengatasi tantangan-tantangan teknis agar kami bisa memulai produksi/penambangan pada 2030-2035,” jelas Bede. [Tio]